12/04/2009

Produk Rendah Kalori, Benarkah Melangsingkan?

0

Saat ini produk diet dengan embel-embel 'low calorie' alias rendah kalori memang makin marak di pasaran. Wanita supersibuk yang ingin menurunkan berat badan pun cukup tergiur dengan promosi produk tersebut.

Sayangnya, kebanyakan orang lupa bahwa mengonsumsi produk diet secara sembarangan adalah tindakan yang sia-sia. Sudah tubuh jadi gagal langsing, juga bisa membahayakan kesehatan.
Tapi, benarkah produk berlabel rendah kalori ini bisa bikin tubuh langsing? Ini jawabannya!

Kebanyakan produk diet memiliki fokus untuk mengurangi kalori, yaitu musuh yang dituding bertanggung jawab terhadap melarnya ukuran tubuh. Hal ini dilakukan dengan memangkas asupan karbohidrat.

Harapannya, dengan absennya karbohidrat, tubuh akan membakar lemak sebagai sumber energi. Padahal, yang terjadi justru sebaliknya. Tubuh lebih suka menguras persediaan glikogen (protein otot) daripada membakar lemak. Akibatnya, massa otot akan berkurang dan mengendur. Di tambah lagi, untuk setiap satu kilogram glikogen yang hilang terbakar, tubuh
juga akan kehilangan 3 kilogram air yang diikat oleh glikogen. Tidak heran jika para pelaku diet jenis ini selalu terlihat lemas dan tidak energik.

Dampak ini akan terlihat lebih dahsyat pada mereka yang beralasan tidak punya waktu untuk olahraga. Bukannya jadi langsing dan kencang, tubuh justru menggelambir di sana-sini.

Memang benar, dengan cara ini, dalam waktu 3 minggu bobot tubuh bisa menyusut hingga 5 kilogram. Tetapi, hasil ini bisa memicu fenomena yo-yo diet. Soalnya, berkurangnya bobot yang cukup signifikan biasanya menjadi untuk bisa menikmati makanan yang dulu menjadi musuh.

Anda lalu berpikir, apa salahnya, sih, sedikit memanjakan diri makan donat lezat
berglazur gula? Padahal, kandungan gula sederhana dan karbohidrat di dalamnya membuat kadar gula darah dalam otak yang tadinya rendah, melonjak tiba-tiba.

Di saat bersamaan, otak akan memerintah tubuh mengeluarkan hormon serotonin yang menimbulkan perasaan nyaman. Tetapi, secepat naiknya, gula darah ini akan kembali turun, yang diikuti oleh turunnya serotonin.

Untuk mengembalikan rasa nyaman dari serotonin, otak akan memerintah tubuh untuk menambah asupan karbohidrat. Selanjutnya bisa ditebak, Anda akan makan dan makan lagi. (VivaN)

0 comments:

Feed my Articles

Google Translator

Donate

Counter