10/17/2009

Seleksi Karyawan lewat Jejaring Sosial

0

JEJARING sosial rupanya bukan hanya berfungsi sebagai situs pertemanan. Lebih dari itu, jejaring ini malah bisa dijadikan sebagai bahan referensi bagi perusahaan dalam merekrut karyawan.

Efektifkah? Awalnya dikecam kini malah disayang. Mungkin begitulah gambaran situs pertemanan di dunia maya. Sebelumnya, situs pertemanan ini sempat dijadikan kambing hitam oleh banyak perusahaan yang meyakini produktivitas karyawan menurun karena kehadiran situs-situs pertemanan tersebut. Bahkan, tidak sedikit perusahaan yang menganjurkan agar karyawan tidak mengakses situs-situs itu saat sedang bekerja.

Tujuannya agar karyawan tetap fokus pada pekerjaan. Namun, sekarang ini jejaring sosial malah dijadikan bahan referensi bagi perusahaan untuk mencari berbagai informasi mengenai kandidat-kandidat karyawan mereka. Setidaknya setengah dari kalangan pemimpin perusahaan di berbagai belahan dunia, tengah memantau situs-situs jaringan sosial di internet seperti Facebook, Twitter, LinkedIn, dan MySpace.

Studi yang dilakukan lembaga konsultan talent management DDI pada tahun 2009 ini menemukan bahwa 25 persen dari 1.910 pelamar kerja yang telah diwawancara di berbagai negara, dan 12 persen pimpinan perusahaan di Inggris melakukan pengecekan terhadap profil atau pun foto kandidat di situs jaringan sosial, sebelum memutuskan apakah akan mewawancarai mereka. Kemudian, lebih dari separuh perusahaan yang melihat profil calon karyawan tersebut di situs jejaring sosial menyatakan, mereka menggunakan informasi yang didapat untuk mengambil keputusan akhir dalam proses rekrutmen.

Sebelumnya, telah ada laporan mengenai hasil sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa para pemimpin perusahaan sebaiknya mendorong karyawan mereka untuk memanfaatkan Facebook atau Twitter guna membantu memperluas jaringan.

Secara umum, studi bertajuk Global Interviewing Practices and Perceptions 2009 ini, juga menemukan bahwa perusahaan di Jerman dua kali lebih banyak dalam mempraktikkan pemantauan online berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam masalah hiring dan rekrutmen.

Langkah mengecek jejaring sosial milik calon karyawan, juga dilakukan perusahaan di Amerika Serikat (AS). Menurut survei yang dilakukan lembaga survei Harris Interactive atas pesanan Career-Builder ini, sebanyak 45 persen perusahaan di AS melakukan cara ini. Angka ini bahkan meningkat dari survei terdahulu.

Facebook menduduki peringkat pertama sebagai situs yang digunakan untuk mengecek calon karyawan ini. Selebihnya ditemukan bahwa 11 persen perusahaan melakukan searching blog untuk mengetahui lebih jauh mengenai pelamar mereka, dan 7 persen mengikuti perkembangan kandidat yang bersangkutan di Twitter.

Adapun di Tanah Air, langkah ini mungkin belum lazim digunakan. Kendati demikian, menurut Winda Lubis, selaku konsultan senior PT Opus Management, mengatakan, kini ada beberapa perusahaan di Indonesia yang melakukan pengecekan ke situs pertemanan milik calon pelamar. Ia sendiri mengaku memiliki seorang teman yang bekerja freelance untuk sebuah perusahaan asing sebagai reference checking, yang salah satu tugasnya mengamati calon karyawan melalui situs pertemanan.

Namun, Winda menilai, informasi yang didapat melalui dunia maya ini, hanya sebagai masukan semata bagi perusahaan dalam melakukan rekrutmen dan tidak dapat dijadikan bahan pertimbangan. "Hanya sebagai bahan tambahan," imbuh Winda.

Senada dengan pendapat yang dilontarkan konsultan senior EXPERD Linawaty Mustopoh. Menurut dia, informasi melalui jejaring pertemanan merupakan data tidak langsung. "Dari sisi legalitas juga masih dipertanyakan kevalidannya sehingga harus dikonfirmasi ulang," katanya.

Adapun menurut Marketing Director Emporium Pluit Ellen Hidayat, perusahaan yang dikelolanya belum menjadikan situs pertemanan sebagai bahan masukan untuk menyeleksi karyawan. Alasan ketidakefektifan menjadi pemicu utama yang menjadikan perusahaan peritel ini enggan melakukan cara tersebut.

"Sepertinya tidak mungkin juga jika tim HRD kami mengecek situs pertemanan milik kandidat karena otomatis kandidat bersangkutan harus meng-confirm, sebaliknya HRD harus meng-add mereka lebih dulu dan ini makan waktu," kata Ellen.
Ellen pun lebih mengandalkan surat referensi kandidat tersebut dari perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya sebagai bahan pertimbangan utama. Juga hasil wawancara dan melihat kinerja calon karyawan melalui masa percobaan sebelum akhirnya memutuskan mengangkat mereka.

Lain lagi dengan pendapat Wakhid Efendi. Division Head Customer Service & Retention Management JBRO Indosat ini berpendapat, situs pertemanan justru bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menyeleksi karyawan.

"Dari situ kita bisa melihat bagaimana psikologis orang itu,apakah waktunya hanya dihabiskan di dunia maya dan bagaimana sifat mereka," sebut Wakhid. (Okz)

0 comments:

Feed my Articles

Google Translator

Donate

Counter